EKSISTENSI PESANTREN
TRADISIONAL
DITENGAH ARUS
MODERNISASI PENDIDIKAN
(Studi Tentang Fenomena
Pesantren At-Taufiqy Wonopringgo Pekalongan)
A. Latar Belakang
- Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional yang tetap eksis hingga sekarang.
Pesantren
yang tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun lalu, masih eksis dan dibutuhkan
kehadirannya di tengah- tengah masyarakat Muslim Indonesia. Namun eksistensi pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam di Indonesia, mendapat berbagai tantangan dan rintangan. Mulai
pada masa kolonial Belanda, masa kemerdekaan,
masa Orde Baru hingga
masa sekarang- pesantren
mendapat tekanan yang tidak ringan; seperti marginalisasi
peran pesantren, penciptaan stigma jelek, dan perluasan pendidikan sekuler. Selain
dari sistem pendidikan
Belanda, pendidikan pesantren
datang dari eksponen tokoh sekuler pendidikan Indonesia
yang memberikan stigma jelek terhadap pesantren, dan menginginkan agar
pesantren dihapuskan sebagai bagian dari pendidikan Nasional. (Azyumardi
Azra)
- Langkah-langkah mempertahankan eksistensi pesantren
Pesantren melakukan langkah-langkah
penyesuaian yang diyakini akan
memberikan manfaat bagi
kaum santri, dan
mendukung keberlangsungan dan kebertahanan pesantren,
seperti sistem penjenjangan (klasikal)
dan kurikulum yang terencana, jelas dan teratur. (Karel
Steenbrink)
- Pesantren At-Taufiqy merupakan pesantren tradisional yang tetap eksis ditengah arus modernisasi pendidikan Islam
Pesantren
At-Taufiqy yang berdiri lebih kurang tahun 1990 M adalah lembaga pendidikan Islam yang sejak awal berdirinya
hingga sekarang tetap mempertahankan sistem tradisional. Pesantren yang didirikan oleh K.H.A. Taufiqurrahman, seorang kyai kharismatik
dan sangat disegani oleh ulama’ dan kyai di Pekalongan dan sekitarnya, namun tetap bersahaja dan tawadlu’.
Tidak mengadopsi sistem pendidikan modern
bukan berarti lembaga pendidikan ini tidak diminati, malah sebaliknya sangat
banyak orang tua muslim yang mempercayakan kepada pesantren ini untuk mendidik
putra mereka. Ribuan orang menjadi santri di sana.
- Kunci eksistensi pesantren dan tantangan
Sosok kharismatik K.H.A Taufiqurrahman serta
ke-istiqomah-an lembaga ini dalam mengkaji dan mengajarkan ilmu-ilmu dari
kitab-kitab klasik sepertinya menjadi fenomena tersendiri sehingga pesantren
bercorak tradisional ini tetap eksis dan diminati umat.
Namun demikian, pesantren ini “nampaknya”
dihadapkan pada problem regenerasi kader Kyai penerus dan masa depan
alumni yang termarginalkan dari dunia modern.
B. Permasalahan Penelitian
.
1.
Apa saja aspek-aspek
eksistensi (kebertahanan)
Pondok Pesantren At-Taufiqy
dalam menghadapi modernisasi
pendidikan?
2.
Apa latar belakang pemikiran Pengasuh Pondok Pesantren
At-Taufiqy bertahan dengan sistem pendidikan tradisional dalam menghadapi
modernisasi pendidikan?
3.
Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi kebertahanan
Pondok Pesantren At-Taufiqy menghadapi modernisasi pendidikan?
4.
Bagaimana implikasi kebertahanan Pondok
Pesantren At-Taufiqy menghadapi
modernisasi pendidikan terhadap proses pembelajaran di pesantren tersebut?
C. Kerangka Teori
1.
Teori Tradisi dan Pembaharuan (al-Turats wa
al-Tajdid) Hassan Hanafi, menjelaskan bahwa umat Islam harus mampu
melestarikan tradisi klasik yang sekaligus melakukan pembaharuan agar mampu
menjawab perubahan zaman. Namun, pembaharuan tidak berkonotasi modernisasi yang
dimaknai westernisasi. Karena modernisasi yang bermakna westernisasi justru
telah berdampak menyeret umat Islam pada budaya materialisme, dan keruntuhan
moral (dekadensi). (Hassan Hanafi, Oksidentalisme)
2.
Teori Pembaharuan (Azyumardi Azra), menjelaskan bahwa
pembaharuan pesantren diarahkan untuk fungsionalisasi pesantren sebagai salah
satu pusat penting bagi pembangunan masyarakat. Pembaharuan itu meliputi; 1.
pembaharuan substansi atau isi pendidikan pesantren dengan memasukkan
subyek-subyek umum dan vocational
yang dibutuhkan masyarakat; 2. pembaharuan
metodologi pembelajaran yang sesuai perkembangan masyarakat di era informasi; 3. pembaharuan kelembagaan, seperti
kepemimpinan pesantren dan diversifikasi lembaga pendidikannya; dan 4.
pembaharuan fungsi yang semula hanya berperan sebagai fungsi pendidikan menjadi
berperan juga sebagai fungsi sosial-ekonomi (Azra, dalam Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi menuju Milenium Baru)
3.
Teori Sosiologi Agama, yang menjelaskan bahwa fungsi
sosial agama adalah, mendukung dan melestarikan tradisi masyarakat yang sudah
ada untuk meningkatkan persatuan dan solidaritas sosial. (Durkheim, dalam
Sosiologi Agama)
D.
Metodelogi
Penelitian
1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu data tidak dalam bentuk angka –baik
interval, ordinal maupun data diskrit—yang berusaha menggambarkan realitas
sebagaimana adanya (realitas aslinya). Jenis penelitian ini bertendensi
memiliki ciri khas natural setting sebagai sumber data langsung, peneliti
berstatus sebagai instrumen kunci (key instrument), bersifat deskriptif, lebih
mementingkan proses dari pada produk, dan berkecenderungan menganalisis data
dengan cara induktif, sekaligus lebih mengutamakan makna.
2.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan
pengamatan langsung dan partisipan; yaitu
peneliti mengamati secara
langsung dan terlibat dengan
aktivitas obyek untuk mengetahui fenomena
yang relevan dengan masa-lah dan
tujuan penelitian, dengan pengungkapan yang
sistematis untuk menguji hipotesis.
Metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam atau deepth interview.
Sedangkan dokumentasi digunakan untuk menambah bukti dan sumber-sumber penelitian, yang dapat
berfungsi untuk verifikasi
nama-nama dan judul
yang diperoleh dalam wawancara, menambah
rincian spesifik guna
mendukung informasi dan
sumber-sumber lainnya serta membuat infrensi dari dokumen-dokumen
tersebut.
3. Analisis data
Analisis data merupakan
proses mengatur urutan
data, mengorganisasikan-nya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan
uraian dasar. Dengan kata
lain analisis data
adalah proses yang
memerlukan usaha-usaha untuk secara
formal mengidentifikasi tema-tema
dan menyusun hipotesis-hipotesis (gagasan- gagasan) yang ditampilkan oleh
data, serta upaya untuk menunjukkan bahwa tema-tema dan
hipotesis-hipotesis tersebut didukung
oleh data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis interaktif (interactive analysis). Analisis
data dalam penelitian kualitatif
ini ditandai dengan proses
yang dilakukan dengan tiga tahap, yaitu
: (a) reduksi data, (b) display data, dan (c) pengambilan kesimpulan dan
verifikasi.
E.
Sistematika
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Permasalahan
C. Tujuan Penelitian
D. Kajian Pustakan
E. Kerangka Teori
F.
Metodologi
G. Sistematika Pembahasan
Bab II PESANTREN DAN MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian, dan Ciri-Ciri Pesantren.
B. Elemen- Elemen Pesantren
1. Kiai
2. Santri
3. Masjid
4. Pondok/Asrama
C. Sistem Pendidikan Pesantren
D. Modernisasi Pendidikan
Bab III PONDOK PESANTREN AT-TAUFIQY
A. Kondisi Geografis, Sosial dan Budaya
Masyarakat Sekitar
B. Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan Pesantren At-Taufiqy
C. Sistem Nilai Pesantren At-Taufiqy
E. Sistem Pendidikan Pondok
Pesantren At-Taufiqy
Bab IV EKSISTENSI PESANTREN TAUFIQIYAH MENGHADAPI MODERNISASI PENDIDIKAN
A.
Aspek-Aspek Kebertahanan Pesantren At-Taufiqy Menghadapi Modernisasi
Pendidikan.
B.
Dasar Pemikiran
Pesantren At-Taufiqy
Bertahan dari Modernisasi Pendidikan.
C.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kebertahanan Pondok
Pesantren At-Taufiqy Menghadapi
Modernisasi Pendidikan.
D.
Proses
Pembelajaran di Pesantren
At-Taufiqy Sebagai
Implikasi kebertahanannya Menghadapi Modernisasi Pendidikan.
Bab V PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar